Agus Suwandi, satu diantara sekian mania ayam hutan yang sampai saat ini masih terus eksis berada di jalur hobi.Tak ada alasan kuat untuk meninggalkan hobi yang sudah di kenalnya sejak lama. “Saya senang dan pelihara ayam hutan sejak bujangan sampai sekarang. Bagi saya ayam hutan adalah hobi yang sulit dilupakan,” terang Agus Suwandi.

Pernah suatu ketika, meninggalkan hobi ayam hutan dan beralih ke hobi lain yakni burung berkicau. Namun itu tidak lama karena harus kembali pada hobi semula. Diakui bahwa ada yang menarik dari ayam hutan, klasik. Saat berkokok ada suara alami yang terdengar dan hal itu membuat adem perasaan dan pikiran.
Begitu juga warnanya yang bikin betah untuk selalu memandangnya meski harus berlama-lama berada disamping ayam hutan. Sebagai pecinta ayam hutan saat itu, Agus Suwandi mengaku pernah mengkoleksi sebanyak 10 ekor. Soal rawatan, tidak ada yang sulit untuk dilakukan.

“Kunci merawat ayam hutan yang penting adalah mengkondisikan agar selalu hangat. Pemberian lampu bisa dijadikan pilihan,” ungkap pria yang akrab dipanggil Wandi. Biasanya saat musin dingin dan angin, menjadi waktu yang harus diperhatikan betul, karena disana seringkali menjadi salah satu masalah.

Kedekatan dengan ayam hutan inilah yang nampaknya tidak mampu dijauhkan dan dialihkan. “Rasanya saya tidak mungkin meninggalkan hobi ayam hutan karena alasan kesan yang luar biasa dari satwa satu ini. Bikin perasaan nyaman saat mendengar suaranya,” sambung Agus Suwandi lagi.

Sebagai wujud kepedulian, saat ini rekan-rekan komunitas uangbada di Banyumas berusaha dikoordinir agar satu sama lain bisa berbagi informasi. “Saat ini kami selalu kumpul dan komunikasi antar sesama penghobi ayam hutan di Banyumas dan sekitarnya. Lewat hobi kami jalin silaturahmi,” tambah pemilik ayam hutan juara bernama Yakuza.

Apalagi saat ini ada wadah bernama AHANUSA (Ayam Hutan Nusantara) yang bisa dijadikan sarana untuk terus eksis. Agus Suwandi ingin komunitas ayam hutan bisa lebih terkoordinir dengan baik dan benar. Karena saat ini masih ada banyak penggemar, penghobi dan peternak yang belum disatukan karena alasan malu untuk bergabung dan alasan mereka belum tahu adanya wadah khusus hobi ayam hutan.

“Tugas kami bersama adalah mewadahi komunitas, kami lakukan komunikasi untuk saling memberikan dan berbagi pengalaman serta wawasan,” tambah Agus Suwandi lagi. Karena yang pasti dengan cara ini peternak yang sudah mulai banyak, bisa merasakan manfaat seperti nilai jual yang lebih baik.

“Terus terang sejak adanya kegiatan berupa lomba beberapa waktu lalu di Jogja yang diselenggarakan oleh AHANUSA bersama H.Samsul, maka keberadaan ayam hutan mulai diperhitungkan. Harga mulai naik,” kata pemilik ayam hutan juara 1 di kontes International Junglefowl Party ke-1 Jogja pada kelas Kokok Lokal Jawa.