Di dunia hobi satwa Bangkalan, siapa yang tidak kenal dengan nama Mr.Chan. Sosok satu ini kerap berada di antara komunitas menjalankan rutinitas. Mulai reptil, burung berkicau, ayam bekisar dan hobi yang paling anyar ditekuni adalah ayam hutan. “Saya memang senang pelihara hewan sebagai sarana hobi,” terang Mr.Chan.

Untuk hobi ayam hutan, diakui baru menekuni sejak akhir 2024 lalu. Ketertarikan pada ayam hutan berasal saat latihan di Lapangan Sartika Tunjung Burneh Bangkalan. Usai acara latihan, Mr.Chan diajak ke kediaman salah satu penghobi yang juga tergolong baru bernama Eli. Disana disuguhkan beberapa ekor ayam hutan yang menjadi koleksi Eli.
Sejak saat itu, keinginan untuk bergabung dalam komunitas ayam hutan tidak bisa ditunda lagi. Perburuan langsung dilakukan di kediaman Eli dan beberapa lokasi lain. Hasrat untuk mendengarkan suara ayam hutan di rumahnya yang baru saja dibeli, nampaknya tidak bisa terealisasi. Ayam hutan tersebut tak pernah bisa dinikmati suaranya.

Sampai akhirnya, Mr.Chan mendatangkan ayam hutan dari Bali untuk melepas rasa penasaran. Empat ekor berhasil didapat dari Pulau Dewata. Menurut informasi dari pemilik, bahwa ayam hutan ini jinak dan sudah rajin bunyi. Berharap, sesampai di Bangkalan, ayam hutan tersebut bisa melepas rasa ingin tahu suaranya.
Namun sampai pada waktu yang begitu lama, keinginan tersebut lagi-lagi harus dipendam. Ayam hutan yang kabarnya sudah rajin bunyi, juga tak bisa dinikmati saat berada di kediamannya. Karena sejak awal sudah diniatkan untuk hobi, maka Mr.Chan menganggap bahwa itu adalah sebuah tantangan.

“Ternyata ayam hutan tidak seperti dalam pikiran dan bayangan saya. Tapi itu menarik karena jadi tantangan untuk mencarikan solusi,” ungkap mania ayam bekisar. Beberapa fakta menarik yang membuatnya makin penasaran ketika masuk menjadi bagian dalam komunitas ini adalah bahwa untuk membunyikan ayam hutan saat berada di lapangan atau di atas kerekan bersama yang lain, adalah sesuatu yang masih menjadi misteri baginya.
Betapa tidak, pengalaman yang baru saja dirasakan bahwa saat berada di rumah, sebagian kecil koleksinya memang mau mengeluarkan suara. Namun ternyata, ketika berada di atas kerekan bersama ayam lain, maka tidak sekalipun ayam tersebut mau memperdengarkan suaranya. Aneh dan itu fakta yang dialaminya.

Sepertinya ayam hutan koleksinya belum mau tampil saat di latih ataupun digandeng dengan ayam lainnya. “Apakah ayam hutan milik saya kurang pengalaman atau mental yang dimilikinya, memang tidak bagus, sehingga tidak mau bunyi saat dikerek,” tanya Mr.Chan. Beberapa kesimpulan muncul, salah satunya bahwa usia akan sangat menentukan performa ayam hutan.
Semakin tua usia ayam hutan, maka peluang untuk tampil akan semakin terbuka lebar. Sebaliknya dengan usia yang masih muda, maka sangat sulit untuk menggacorkan ayam hutan. Kesimpulan ini memang perlu pembuktian. Makanya saat ini Mr.Chan terus berusaha mengungkap apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan pengalaman sebagai penghobi satwa yang sudah lama malang melintang, ada peluang untuk bisa mengungkap hal tersebut. Namun yang paling penting sekarang adalah menikmati hobi baru meski belum bisa merasakan dan mendapatkan penghargaan atas prestasi ayam hutan miliknya.

“Ayam saya belum ada yang pernah juara, mungkin saya harus bersabar dulu sambil menunggu moment yang pas dan cocok,” harap Mr.Chan. Tantangan untuk bisa memecahkan masalah ayam yang tidak mau tampil saat di lapangan, terus menjadi evaluasi. “Kesimpulan awal saya bahwa usia ayam hutan sangat menentukan mau tampil atau tidak. Semakin tua usianya, maka peluang untuk bisa bersuara, akan terbuka lebar, sebaliknya ayam hutan usia muda, sangar sulit untuk diajak kompromi,” papar Mr.Chan lagi.
Sebagai bentuk rasa penasaran dan kecintaan pada hobi barunya, Mr.Chan sempat mengadakan kegiatan Latber di Stadiun Bangkalan sebelum bulan ramadhan. “Mengawali hobi ayam hutan, biar semakin ramai saya buatkan kegiatan Latber dan Alhamdulillah banyak dukungan, baik peserta maupun sponsor,” sambung Mr.Chan lagi.