Tidak butuh waktu lama bagi Agustardi untuk bisa merasakan sensasi dalam menggenggam prestasi di arena konkurs. Meski tercatat belum satu tahun come back menekuni hobi yang sempat ditinggalkan puluhan tahun, namun namanya sudah masuk daftar sebagai peserta konkurs dengan raihan prestasi yang membanggakan.

“Saya sebenarnya main perkutut sudah lama, tapi vakum pada tahun 2000 karena covid, kesibukan dan alasan lain,” terang Agustardi mengawali obrolab. Beberapa nama orbitan seperti Senopati, Den Bagus, Sin Tae Yong dan sederet nama lain, menjadi bintang lapangan dalam setiap gelaran di Batam Kepri.
Setiap kali turun lomba, barisan amunisi Agustardi selalu mengakhiri proses penjurian dengan hasil mampu menembus daftar juara. “Terus terang saya senang dan bangga karena bisa langsung dapat juara meski belum setahun kembali ke hobi perkutut,” sambung pemilik Pondok Ciung Bird Farm Tanjung Pinang Kepri.

Sebagai pendatang baru, tentu prestasi ini adalah sebuah fakta bahwa Agustardi adalah kung mania yang memiliki reputasi bagus di dunia hobi perkutut tanah air. Kehadiran barisan amunisinya dalam setiap gelaran di Batam Kepri seakan menjadi penyemangat. Setidaknya pula bahwa ketika Agustardi hadir di lapangan berarti akan ada lawan berat yang harus dihadapi.
Selain mengorbitkan burung di Kepri, Agustardi juga memiliki amunisi yang akan berlaga di Pulau Jawa. “Lomba di Kepri tidak sebanyak di Jawa. Disini satu bulan bisa sekali saja ada lomba, sedangkan di Jawa hampir setiap minggu bahkan dalam seminggu ada beberapa gelaran. Makanya saya ingin burung di Jawa bisa terus lomba,” ungkap Agustardi.

Saat ini ada dua amunisi yang sudah dipersiapkan untuk ajang konkurs di tanah Jawa. “Saya ada burung di Jawa, ditempatnya Mas Taufik Mojokerto. Burung ini dikhususkan untuk ikut lomba, seperti LPI, LPM dan beberapa gelaran lain,” ungkap pria berkacamata. Amunisi yang dimaksudkan adalah Jelita dan Pendatang Baru.
Untuk Jelita sudah pernah merasakan ketatnya persaingan perebutan podium juara dalam gelaran LPI Tugu Muda Cup Semarang. Namun karena kurang kerja, maka peluang meraih juara belum bisa didapat. Sedangkan Pendatang Baru adalah amunisi yang baru saja bergabung.

Jumlah tersebut bisa saja bertambah, bergantung perkembangan yang ada. “Rencana tambah amunisi memang ada, tapi semua bergantung kebutuhan dan saya selalu musyawarahkan dengan Mas Taufik, apakah perlu tambah burung atau belum. Karena beliau yang paham dengan semua itu,” kata Agustardi lagi.
Dijelaskan pula bahwa alasan come back setelah 24 tahun vakum disebabkan oleh hobi yang tidak bisa ditinggalkan. Ketika itu di Tanjung Pinang hobi perkutut masih sepi, sedangkan di Batam mulai ada kegiatan. “Saya dengar di Batam ada lomba, saya mulai dengar suara burung dan akhirnya tertarik lagi untuk pelihara,” kata Agustardi lagi.

Saat itu juga perburuan dilakukan. “Saya mencari amunisi tapi di tempat saya gak ada, walapun ada, tapi mungkin bagi saya kualitas kurang, akhirnya cari-cari di Jawa lewat media social,” tambahnya lagi. Seperti yang dirasakan kung mania lain, awal Agustardi memburu calon amunisi lewat media sosial, ternyata ada fakta yang disesali.
“Saya pertama kali cari perkutut lewat media sosial, ternyata tidak memuaskan. Antara burung yang diposting dan kenyataannya, berbeda jauh. Saya merasa tertipu,” ungkap pria berkacamata. Kondisi demikian tidak membuatnya berfikir untuk berhenti, bahkan keinginan untuk mendapatkan burung sesuai harapan, semakin tinggi.

Sampai akhirnya, Agustardi dipertemukan dengan Taufik Mojokerto. “Saya ketemu Mas Taufik lewat obrolan telpon, saya sampaikan keinginan untuk mencari burung buat lomba dan beliau menyanggupi,” sambungnya lagi. Agustardi berharap agar kung mania Tanjung Pinang dan Batam bisa lebih maju dan bersama-sama menyemarakkan hobi perkutut.