Hobi ayam bekisar ternyata memiliki prospek bisnis yang sangat menjanjikan. Tidak sedikit dari mereka yang selama ini menekuni hobi dalam hal ini ternak, mengaku beruntung bisa menjadi bagian dari hobi ayam hutan. Antok, adalah salah satu pelaku yang merasakan dan mengaku mendapatkan banyak keuntungan dari hobi yang ia tekuni sejak tahun 2018 lalu.

“Ayam hutan bagi saya sangat menjanjikan terima dari segi bisnis dan juga hiburan. Saya merasakan sendiri hal itu,” terang pemilik Antok Farm Bluto Sumenep. Keuntungan yang dirasakan adalah produk ternaknya tidak pernah tersisa. Setiap kali anakan ayam hutan lahir, maka tidak perlu menunggu waktu terlalu lama.
“Saya seringkali kirim ayam ke pembeli pada usia muda yakni sekitar 3 hari. Anakan ayam hutan yang saya kirim dalam jumlah banyak,” sambung Antok. Bahkan tingginya permintaan kadang membuat Antok kewalahan dalam memenuhi permintaan. Antara senang dan bingung ketika menghadapi kondisi seperti itu.
Tapi yang pasti Antok merasa bahwa pilihan masuk dalam komunitas penghobi dan peternak ayam hutan, tidak salah. Bahkan yang membuat dirinya bangga sekaligus senang adalah produk ayam hutan yang dikembangkan sudah berhasil dinikmati dan menembus pasar mancanegara.

“Saya pernah kirim ayam hutan ke luar negeri seperti Dubai, Turki, Pakistan dan Malaysia. Sedangkan untuk pangsa pasar salam negeri, Antok melayani kebutuhan penghobi di Kalimantan, Sumatera dan beberapa kota di Pulau Jawa. Biasanya mereka yang meminta produk Antok Farm untuk jadi indukan atau dikembangkan,” ungkap Antok lagi.
Tidak jarang pula produk tersebut untuk bahan lomba. Sebuah kebanggaan karena produk kita masih diminati oleh masyarakat disana. Rata-rata ayam hutan yang dikirim kesana ada di usia setahun lebih. Laris manisnya produk ternak Antok Farm memang tidak diprediksi sebelumnya.

Keputusan untuk menekuni hobi ayam hutan awalnya karena keinginan untuk melestarikan hewan endemik Indonesia. Apalagi ayam hutan Indonesia memiliki ciri khas dan saya tarik yang berbeda dari negara lain. Unik dan menarik dari sisi kokoknya menjadi salah satu alasan Antok menekuni hobi ayam hutan.
Pendapat yang muncul di masyarakat bahwa pelihara ayam hutan adalah pekerjaan yang tidak gampang, menjadi tantangan bagi Antok untuk mencoba bermain disana. Dengan jumlah indukan saat ini yang mencapai 30 dengan rincian indukan jantan 6 ekor dan betina 24 ekor, Antok Farm merasa belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan.

Sistem ternak yang diterapkan adalah poligami dengan alasan kualitas yang didapat lebih bagus. Adapun indukan yang dipakai berasal dari Lombok dan Kangean Sumenep. Disampaikan pula bahwa produksi lancar tidaknya juga bergantung pada cuaca. Musim pancaroba sekarang ini juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada tingkat produktifitas.
Namun selama ini, tidak pernah mengalami kondisi gagal. “Alhamdulillah sampai saat ini saya tidak terlalu mengalami kondisi gagal ternak. Semua saya lakukan pencegahan agar indukan bisa tetap sehat sehingga produksi bisa lancar,” kata pria yang tinggal di Desa Aeng Baje Raje Bluto Sumenep.

Air parutan jahe dan vitacit, menjadi menu sehari-hari yang diberikan pada indukan dan juga anakan, sehingga stamina dan stamina tetap terjaga dengan baik. Kini, dengan kondisi hobi ayam yang semakin semarak, Antok berharap ada program pelestarian yang dilakukan oleh AHANUSA, sebagai wadah bagi penghobi.
“Harapan ke depan ada running ke Ahanusa agar ayam hutan bisa dilestarikan,” harap Antok. Sebab menurutnya kalau ada lomba tanpa pelestarian maka ayam hutan akan habis. Sebaliknya jika tidak ada pelestarian, maka jangan ada lomba.