Apresiasi terhadap penyelenggaraan Diklat Nasional Penjurian P3SI tahun 2025 yang digelar menggunakan lokasi di Bumi Marinir Karangpilang Surabaya, datang dari beberapa Ketua Pengwil. Mereka mengaku bahwa kegiatan yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia, adalah sebuah langkah luar biasa yang dilakukan P3SI.

H.Gunawan Amuse Ketua P3SI Pengwil Jawa Timur mengatakan bahwa Diklat yang digelar mulai 13 – 16 Februari 2025 merupakan agenda yang bagus. “Menurut saya Diklat Nasional Penjurian itu bagus karena banyak manfaat untuk menambah ilmu bagi juri yunior dan senior,” terang H.Gunawan Amuse.
Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan adanya diklat akan memotivasi para juri untuk meningkatkan kinerjanya masing-masing-masing. Selain itu dengan adanya kegiatan tersebut secara tidak langsung telah menjalin silaturrahmi saling mengenal satu sama lain saling tukar pengalaman antar juri se Indoensia.
Yang perlu diperhatikan juga adalah pasca diklat. Bagaimana kinerja juri selanjutnya, apakah masih tetap bagus atau sebaliknya. Peran Pengwil diharapkan bisa memberikan evaluasi dan masukan terhadap kinerja juri setelah menjalani diklat. “Lewat Rakerwil ataupun Rakernas, evaluasi juri bisa dilakukan, apakan perlu ada pembinaan lagi atau tidak,” sambung H.Gunawan.

H.Winardi Sethiono, Ketua Pengwil Kalimantan Selatan, mengatakan hal yang sama. “Dengan adanya diklat ini perlu kita apresiasi untuk P3SI Pusat karena selain penyegaran yang dilakukan kepada team juri, juga ada perbaikan terhadap karekter juri,” jelas H.Winardi Sethiono.
Dampak yang diinginkan adalah bahwa juri dalam melaksanakan tugas diharapkan agar betul-betul bertugas sesuai dengan aturan yang ada. “Saya kira kegiatan ini luar biasa dan sangat efektif sekali untuk membentuk juri lebih bagus lagi. Mungkin 10 tahun lagi belum tentu akan dilaksanakan diklat seperti ini,” sambung pemilik Win’s Bird Farm Banjarmasin.
Dengan pola latihan ala militer, akan berpengaruh pada perbaikan terhadap mental karakteristik dan juga fisik juri itu sendiri. Susriyanta, Ketua Pengwil DIY sangat mendukung kegiatan seperti ini. “Saya sangat setuju dengan kegiatan diklat karena merupakan hal yang bagus sesuai dengan kebutuhan,” tutur Susriyanta.

Bahkan kegiatan ini bisa dilaksanakan secara periodik berapa tahun sekali, tetapi menyesuaikan dengan kondisi keuangan organisasi. Karena kegiatan Diklat Nasional seperti yang sudah dilakukan, tentu membutuhkan biaya besar. “Kita berfikir realistis saja karena juri bertambah terus. Dalam 5 tahun ke depan akan ada juri baru lagi sehingga perlu adanya penyamaan persepsi,” sambung Susriyanta.
Disampaikan pula bahwa kegiatan yang lebih simple, bisa dilakukan dengan menyesuaikan kondisi keuangan. Setiap 5 tahun ketika ada penyegaran pengurus, bisa dilakukan. “Saya sangat mengapresiasi atas apa yang dilakukan P3SI Pusat lewat kegiatan Diklat Akbar. Mungkin untuk selanjutnya perlu juga dilakukan diklat semi akbar untuk kelanjutan ditingkat Pengwil,” jelas Ketua Pengwil DIY periode 2024 – 2029.
Wisnu Wibawa, Ketua Pengwil Sulawesi Selatan juga memberikan acungan jempol. “Kegiatan yang sangat luar biasa yang digelar P3SI Pusat, karena kegaitan itu lama sekali tidak dilaksanakn dan baru dilaksakanan dengan fenomenel dan melibatkan banyak institusi dan memakan banyak biaya. Apresiasi buat P3SI Pusat,” tegas Wisnu Wibawa.

Lebih lanjut disampaikan rasa salut atas kegiatan yang benar-benar luar biasa. “Kami dari Pengwil Sulawesi Selatan sangat berterima kasih sekali pada P3SI Pusat yang sudah mengadakan Diklat yang saya rasa manfaatnya banyak sekali untuk teman-teman juri di daerah yang jarang sekali disentuh dengan pelatihan,” sambung pemilik Godbless Bird Farm Makassar.
Dengan diklat itu berharap kinerja juri di daerah semakin meningkat, terutama di Sulawesi Selatan. Juri adalah ujung tombak pengadil di lapangan. Semakin cerdas menyikapi kondisi di lapangan, maka akan sangat membantu dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada di lapangan terhadap persoalan penjurian.
“Kadang-kadang selalu jadi masalah disetiap even, masalah penilaian karena ketidapuasan. Pemahaman yang keliru dari kung mania atau mungkin keterbatasn juri yang kurang sempurna. Dengan diklat ini juri bisa bertambah bagus, juri makin meningkat kualitas dan bisa menularkan ilmu pada yang lain,” urai Wisnu Wibawa lagi.

Karena yang pasti ketidakpahaman bisa menyebabkan miskomunikasi antara juri dan pemain. Dengan agenda ini makin meningkatkan pemahaman. Wisnu Wibawa juga merasa salut atas perjuangan juri Pengwil Sulawesi Selatan untuk bisa mendapatkan ilmu lewat kegiatan Diklat Nasional Penjurian di Surabaya.
“Dengan segala keterbatasan, kami berusaha memberangkatkan juri, dan juri mau berangkat dengan kondisi yang seperti ala kadarnya dan juri bersedia untuk hadir karena semangatnya yang tinggi. Apresiasi kepada P3SI Pusat, pelaksana dan panitia yang telah melaksanakan kegiatan diklat,” sambung Wisnu Wibawa.
H.Defian Ketua Pengwil Sumatera Utara juga mengatakan pentingnya kegiatan diklat. “Pada dasarnya Diklat penting, karena sepanjang yang kita tahu, satu juri dengan satu juri lain berbeda persepsi dan pandangan karena penilaian burung abstrak. Maka perlu dilakukan adanya diklat sehingga menjadi satu penilai yang sama,” tegas H.Defian.

Lebih lanjut disampaikan bahwa ada juri yang senang suara besar, ada yang medium cukup. Pandangan seperti itu perlu disamakan persepsi bahwa pakem sudah sesuai dengan yang di atur. Dengan adanya diklat, paling tidak penyamaan persepsi itu sama. “Seringkali juri terpengaruh pada pemilik burung, namun dengan adanya diklat, maka semua bisa dihilangkan, setidaknya dikurangi,” ungkap H.Defian.
Dan dengan adanya diklat, maka juri akan bisa lebih mandiri dan bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Terlebih pola latihan semi militer, menurut H.Defian itu adalah hal yang bagus karena bisa menjadikan juri lebih kuat dan tidak akan terpengaruh. Diplomasi akan tercipta dengan adanya diklat kemarin sehingga membuat juri bisa lebih tenang dalam menghadapi tekanan peserta.
“Mudah-mudahan dengan adanya diklat akan memberikan dampak yang bagus bagi perkembangan hobi perkutut khususnya di bidang penjurian,” harap H.Defian. Asep Kartawan Samsudin Ketua Pengwil Jawa Barat mengatakan bahwa dikalt adalah kegiatan positif untuk menyamakan persepsi, padahal juri adalah ujung tombak dalam setiap kegiatan.

“Selama ini juri selalu disalahkan, dengan dikumpulkan mereka semua untuk menyamakan persepsi, kedepan tidak ada penyimpangan dan persepsi yang berbeda. Semoga dengan diklat, juri bisa berwibawa dan mental bersih serta semakin berintegritas dan berwawasan dan tidak sampai mencoreng nama juri dan P3SI,” tegas Asep Kartawan.
Ditambahkan pula bahwa pola latihan ala militer, akan memberikan dampak yang siginifikan. Menurut Asep Kartawan selama ini ada juri bagus tapi mental kurang, maka dengan adanya diklat yang melibatkan mariner, maka akan tercipta dan terbentuk mental yang kuat dalam menghadapi tekanan peserta.
Yang perlu dilakukan pasca diklat adalah pemantauan kinerja juri. “Perlu adanya pengawasan ketat dari pengurus untuk tetap memperhatikan kinerja juri agar bisa tetap bagus, sehingga ke depan kegiatan konkurs benar-benar bisa tercipta sesuai harapan bersama,” sambung mantan juri nasional.

Sularno, Ketua Pengwil Sejabodetabek juga mengatakan hal positif tentang pelaksanaan Diklat Nasional Penjurian P3SI 2025. “Diklat ini satu hal yang sangat penting, karena sebagai momentum kita menciptakan dan membuat stadart tentang penilaian yang ujungnya tidak ada perbedaan pandangan satu sama lain, baik dalam satu wilayah atau nasional,” tegas Sularno.
Lebih lanjut disampaikan bahwa selama ini ada mindset terhadap penilaian burung berdasarkan tren, padahal yang seharusnya jadi pegangan adalah aturan baku. “Diklat adalah momentum kembali ke penilaian berdasarkan AD/ART. Kegiatan ini adalah sebuah langkah maju yang dilakukan P3SI untuk meningkatkan standart kualitas burung,” sambung pemilik 3F Bird Farm.
Dengan adanya Diklat maka perbedaan menilai burung, dalam menaikkan bendera dan meletakkan di unsur-unsur penilaian, akan segera diakhiri dan menghasilkan keputusan yang sama. Kegiatan ini dinilai sebagai langkah maju untuk menyamakan persepsi, sehingga tidak ada penafsiran yang berbeda.

“Juri adalah manusia, factor subyektifitas pasti akan ada, maka perlu adanya aturan sehingga juri tetap berada pada koridor yang sebenarnya. Saya sangat apresiasi sekali dengan P3SI Pusat yang sudah dengan segala usaha, tidak mudah menyenggarakan diklat seperti ini dan perlu biaya yang lumayan besar demi kemajuan kung mania Indonesia,” ungkap Sularno.
Ditambahkan pula bahwa dengan diklat yang sudah dilaksanakan, maka bagi penghobi harusnya sudah paham, apakah burung layak naik atau tidak . “Suka dan tidak suka, mau dan tidak mau standart sudah dilakukan. Tidak boleh karena tren, tapi karena standart. Juri tidak boleh ragu dalam menentukan penilaian karena sudah jelas. Aturan ini untuk melindungi juri sendiri,” ungkap Ketua Pengwil Sejabodetabek.