Cek ring sudah menjadi kegiatan rutin yang mulai dilakukan dalam setiap penyelenggaraan konkurs. Bukan saja dalam gelaran berskala nasional, aktifitas ini sudah diberlakukan juga pada even yang sifatnya lokal seperti LatNil atau Latber. Cek Ring seakan menjadi tugas tambahan bagi juri dan juga panitia usai proses penjurian berakhir.

Memang, tidak semua burung milik peserta dipototi bagian kakinya untuk memastikan apakah sudah mengunakan ring P3SI atau bukan, namun setidaknya rutinitas ini harus tetap diwaspadai. Untuk saat ini, cek ring dilakukan untuk nominasi burung di masing-masing kelas yang dilombakan.

Minimal ada 10 burung yang akan dicek bagian kakinya apakah sudah menggunakan gelang “produk P3SI” atau belum. Namun siapa tau, jika tiba-tiba burung lain yang awalnya tidak diprediksi, pada akhirnya menembus nominasi dan berhak untuk dilakukan pengecekan ring. Jika itu terjadi, maka bersiaplah untuk menerima konsekuensinya.

Tanpa ring P3SI, maka pemilik burung akan dikenai denda sebesar 2,5 dari harga tiket. Jika harga tiket 100 ribu, maka peserta yang kedapatan tidak melengkapi perkutut orbitanya dengan ring P3SI, maka siap-siap mengeluarkan kocek sebesar Rp 250 ribu. Angka yang sebenarnya lumayan besar jika dibandingkan dengan harga ring.

Untuk satu pics ring P3SI hanya dibanderol dengan harga Rp 2000. Bayangkan saja Rp 2000 dengan Rp 250 ribu. Angka yang cukup besar perbedaanya. Sebenarnya bukan saja soal rupiah yang harus dikeluarkan ketika burung kena sanksi, tetapi rasa yang ada dalam pikiran kung mania yang terbukti sang orbitannya tidak menggunakan ring P3SI.

Petugas cek ring tentu punya perasaan “lain” ketika melakukan pemeriksaan dan kebetulan burung yang di cek tidak menggunakan ring. Apa tidak malu. Apa tidak ada beban moral ketika burung kita dinyatakan tanpa ring, padahal petugas adalah orang yang kita kenal. Burung bagus dan berkualitas, kog tidak dilengkapi dengan ring P3SI.

Lupa memasang ring, kebetulan stok ring habis atau memang sengaja tidak memasangkan ring P3SI pada burung tersebut. Sampai saat ini masih saja bisa disaksikan bahwa ada perkutut yang belum menggunakan ring P3SI, baik untuk gelaran yang sifatnya lokal, regional sampai nasional.

Jika kita merasa sebagai bagian dari P3SI, seharusnya hal itu tidak sampai terjadi. Seharusnya pula kita mendukung penuh program ini sebagai bentuk kepedulian akan organisasi. Karena yang pasti dari hasil penjualan ring, dimanfaatkan untuk kebutuhan organisasi bernama Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia.

Jika mengaku sebagai kung mania, seharusnya tanpa diperintah, kita sudah harus mendukung program organisasi, salah satunya dengan membeli ring. Saat ini pembelian dipermudah dan bisa secara langsung bisa menghubungi pihak P3SI Pusat untuk bisa mendapatkan ring P3SI. Dalam jumlah berapapun P3SI Pusat bersedia untuk menyediakan.