Usai sudah agenda Diklat Nasional Penjurian P3SI 2025. Ketua Umum P3SI Pusat Mayjend TNI (Purn.) H.Zainuri Hasyim menutup langsung kegiatan yang digelar mulai 13 sampai 16 Februari 2025 di Lapangan Tembak Internasional FX.Supramono Karangpilang Surabaya, lewat upacara yang melibatkan seluruh peserta, panitia serta pengurus.

Sebanyak 203 peserta yang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut mengaku senang dan bangga bisa berada disana menjadi bagian dari kegiatan tersebut, terutama peserta yang berasal dari luar pulau dengan jarak tempuh yang begitu panjang. Mereka hadir demi sebuah kewajiban dan tanggungjawab.
Mahfud juri senior asal Banjarmasin Kalimantan Selatan mengaku terkesan. “Acara ini sangat bagus, karena bisa menambah ilmu tentang penjurian. Saya bisa lebih banyak tahu tentang perkembangan perkutut dengan mengikuti kegiatan diklat. Apalagi di Surabaya saya juga bisa belajar lebih banyak tentang penjurian,” jelas Mahfud.
Rudi Supriadi, juri nasional asal Banjarbaru Kalimantan Selatan mengaku banyak manfaat yang didapat. “Dengan mengikuti Diklat diharapkan menjadikan juri-juri yang bermental dan berlaku jujur, adil dan selalu mengikuti aturan P3SI. Karena sudah jelas bahwa semua ada aturannya yang tidak boleh kita langgar,” terang Rudi Supriadi.

Bahkan ada pengalaman menarik yang membuatnya merasa bahwa perjalanan menuju Surabaya, memberikan hal yang luar biasa. Disampaikan olehnya bahwa sebelum berangkat menuju Surabaya, Rudi Supriadi mengaku mengalami cidera lutut. Sempat dilakukan pijat saat berada di Banjarbaru.
“Saat dipijat di rumah, ada arahan dari tukang pijat bahwa saya harus banyak bergerak. Sempat ada rasa khwatir, tidak bisa mengikuti diklat. Namun setelah sampai di Surabaya dan ikut diklat, kegiatan demi kegiatan yang saya ikuti, ternyata tidak membuat cidera saya tambah parah, malahan semakin membaik,” ungkap Rudi Supriadi.
Masturi, juri yunior Banjarmasin, juga mengaku terkesan dengan kegiatan diklat. “Suatu kebanggaan saya bisa ikut diklat, apalagi saya tidak menyangka bisa masuk ke kawasan ini yang merupakan kawasan yang tidak bisa semua orang dengan leluasa masuk. Ini sebuah pengalaman berharga,” kata Masturi.

Banyak pelajaran yang didapat, semisal kediplinan. Bahkan dirinya mengaku tidak mungkin bisa masuk kawasan tersebu, jika tidak mengikuti kegiatan diklat. Andai saja bisa meminta, Masturi ingin kegiatan diklat diperpanjang lagi. “Yang saya rasakan senang dan bahagia, agak sedikit campur sedih,” jelasnya.
Senang dan bahagia karena bisa menjadi bagian dari kegiatan tersebut, sedih karena acara diklat hanya beberapa hari saja, padahal ia ingin bisa mengikuti kegiatan ini lebih lama lagi, sehingga banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapat. Dirinya mengaku harus kembali ke kampong halaman, padahal masih ingin nambah pengalaman dan ilmu lagi.
Herry Christian, juri senior asal Batam Kepulauan Riau (Kepri), mengatakan terkesan dengan agenda diklat. “Kesan saya mengikuti diklat sangat menarik dan menambah ilmu wawasan serta kedisiplinan, penambahan mental penguasaan materi dan penerapan beberapa aturan P3SI yang baru,” kata Herry Christian.

Latihan ala tentara yang sempat dirasakan memang berada di luar dugaan. “Diklat di Cilodong, itu tidak sampai militer. Awal-awal kaget karena kami dari sipil, tapi akhirnya saya bisa melewati dan mengikuti kegiatan ini tanpa ada masalah,” sambung Herry Christian. Begitu juga yang dirasakan Herman juri yunior asal Batam.
“Kesan yang saya dapat dari ikut diklat, alhamdulillah tambah pengalaman, dapat lagi mengenal perkutut yang lebih moncer di Jawa dan dapat berkenalan dengan juri di pulau Jawa serta dapat tambahan ilmu banyak dalam segi fisik dan kesehatan karena kita dilatih oleh militer. Materi yang diberikan juga bagus,” kata Herman.
Teoron juri yunior asal Batam mengatakan hal yang sama. “Kesan yang saya rasakan saat ikut diklat, sangat memberikan manfaar, terutama pada hal disiplin, bertnggungjawab, jujur dan adil karena selama diklat, kami langsung dikomandoi oleh marinir dengan system militer,” kata Teoron.

Eko, juri senior asal Lampung berpendapat sama. “Apa yang saya rasakan setelah ikut diklat adalah sangat baik untuk menyamakan rasa,” jelas Eko. Hal ini sangat bermanfaat sekali dalam menghadapi peserta ketika bertugas di lapangan. Eko mengaku bahwa selama bertugas, seringkali menghadapi peserta yang complain.
“Saya pernah mengalami hal yang kurang enak, saat tugas di Padang Sumatera, dimana banyak komplain dari peserta. Sekarang saya akan bisa teruji karena sudah memiliki persiapan untuk meredam komplain dari peserta yang saya dapatkan selama mengikuti diklat,” ungkap Eko.
Setidaknya dengan kegiatan ini bisa berkumpul dengan juri di Indonesia, sehingga jadi kenal dengan baik. “Pokoknya banyak positifnya. Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan,” kata Eko lagi. Dirinya juga mengaku sempat kaget ketika ada latihan ala militer, meski awalnya khawatir, namun harus tetap diikuti dan akhirnya bisa melewatinya.

Saat ini dirinya mengaku lebih siap dan lebih berani untuk menentukan mental. Fadli Ibrahim juri yunior asal Pengda Palu mengaku terkesan dengan pola diklat yang dilakukan. ”Alhamdulillah dengan ikut diklat, banyak menambah wawasan dan persamaan dalam penilaian. Yang penting tetap semangat,” ucap Ibrahim.
Bahkan dirinya mengaku hampir dua minggu melakukan perjalanan, karena harus menyesuaikan dengan jadwal angkutan laut yang dinaikinya. “Seminggu sebelum acara diklat, saya sudah ada di Surabaya karena harus menyesuaikan jadwal kapal laut, tapi itu tak masalah karena demi tugas dan kebetulan juga ada banyak teman disini,” ungkap Ibrahim.
Fery Muhammad, juri yunior asal Palu Sulawesi Tengah juga terkesan dengan diklat yang diikutinya. “Saya baru pertama kali ikut diklat dan sangat terkesan, karena selain dapat banyak ilmu dan pengalaman, juga makin nambah teman. Sekarang saya lebih paham soal penjurian burung yang benar,” kata Fery Muhammad.

Agus Pranajaya juri nasional asal Pangkalanbun Kalimantan Tengah tidak kalah menilai bahwa diklat sangat memberikan arti yang luar biasa. “Diklat kali ini sangat luar biasa, banyak yang saya dapatkan. Kami diajarkan kepemimpinan, disiplin, pakai semi militer. Saya kira ini bukan Diklat biasa. Ini adalah latihan mental dan fisik,” terang Agus Pranajaya.
Proses diklat yang dilakukan mulai dijemur baik telentang dan telungkup, masuk ke kolam, jalan, mental tengah malam bahkan ada yang lihat penampakan, menjadi bagian yang tidak akan mungkin terlupakan. “Yang dirasakan setelah ikut diklat adalah harus lebih tegas untuk kedepan, harus benar-benar jujur, tidak bisa lagi seenaknya dan penjurian semoga lebih baik ke depan,” harap Agus Pranajaya.