Yang namanya hobi kadang tidak dapat dinalar. Dikatakan tidak masuk akal, mungkin ada benarnya. Dwiki Saksila penghobi asal Situbondo mengaku menyukai hobi ayam hutan meski sebenarnya dia paham betul bahwa ayam hutan adalah satwa yang memiliki tingkat kesulitan dalam menjinakkan.

Tidak semua bisa menaklukkan dan kalaupun bisa, butuh waktu yang tidak lama. “Ayam hutan bagi saya asyik meski tidak gampang untuk bisa menjinakkan. Butuh proses dan waktu yang tidak sebentar,” terang pria berusia 27 tahun. Tantangan inilah yang dianggap sebagai bagian dari sebuah proses yang harus dilakoni meski itu tidak gampang.
Dwiki mengaku menekuni hobi ayam hutan sejak 2019 lalu. Kala itu ayam hutan menjadi indukan dalam pengembangan ayam bekisar. “Dulu ayam hutan tidak seramai sekarang, saya peliharaan ayam hutan buat indukan penghasil ayam bekisar,” sambung pria yang mengaku sebagai peserta paling muda di lomba ayam hutan.

Ayam bekisar yang diproduksi, bukan untuk usaha bisnis, tetapi dinikmati sendiri. Selama menekuni hobi ayam bekisar, Dwiki mengaku tidak pernah menjual ayam bekisar, hasil produksinya ia nikmati sendiri. Namun, seiring makin semaraknya hobi ayam hutan, Dwiki kini lebih fokus untuk turun dan ikut menjadi penyemarak.

Perburuan ayam hutan untuk amunisi sudah dilakukan. Dia menyadari bahwa untuk bisa mendapatkan ayam hutan kualitas lomba, bukan pekerjaan mudah dan gampang. Tantangan tetap menjadi hal yang harus dihadapi, karena tidak mungkin lepas dari hobi ayam hutan yang menjadi sebuah konsekuensi.
“Saya suka ayam hutan karena bulu dan saya adalah orang yang anti mainstream bahwa tidak banyak orang yang senang main ayam hutan karena tingkat kesulitan yang luar biasa,” ungkap Dwiki. Kesulitan yang harus dihadapi, selain proses menjinakkan, selanjutnya adalah bagaimana mengkondisikan ayam tersebut agar bisa dilombakan dengan hasil yang menggembirakan sesuai harapan.

Merawat dan menyeting saat menjelang lomba, adalah aktivitas yang harus dilakukan. Tingkat kesulitan inilah yang diakui Dwiki sebagai hal yang tidak boleh ditinggalkan, jika ingin menjadi penghobi ayam hutan sejati. “Saya adalah satu-satunya penghobi ayam hutan dari Situbondo. Saya merasa bahwa ini tantangan yang luar biasa karena tidak ada rekan yang bisa diajak konsultasi dan berbagi pengalaman serta sharing soal ayam hutan,” kata Dwiki.

Satu-satunya jalan yang dilakukan adalah dengan bergabung bersama penghobi ayam hutan di kota sebelah yakni Bondowoso yang dikenal memiliki penghobi lebih banyak. Untuk memastikan bahwa dirinya benar-benar menjadi bagian dari hobi ayam hutan, dua kegiatan sudah diikuti yakni agenda Ahanusa di Banyuwangi dan Bondowoso.
Untuk gelaran di Banyuwangi, Dwiki berhasil membawa trophy juara ketiga di kelas Ayam Hutan Lokal Jawa. Sedangkan untuk Bondowoso belum berhasil karena telat dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kedepan, Dwiki mengaku akan lebih fokus dan all out dalam mengikuti setiap kegiatan. “Ada beberapa gaco yang sudah saya siapkan untuk ikut lomba, mudah mudahan bisa tampil dan pulang membawa trophy juara,” harap Dwiki lagi.