Team Chelsea & Cak Goendul Surabaya, seakan tidak pernah kehabisan amunisi yang berhasil di orbitkan. Seabrek prestasi yang sukses mendongkrak nama mereka, menjadi bukti nyata yang tidak bisa terbantahkan bahwa mereka bukankah sekedar kung mania yang hanya bisa meramaikan setiap gelaran konkurs semata.

Team beranggotakan tiga personel (Goendul, Tia dan Kadir) tidak pernah melewatkan sebuah gelaran demi merasakan hari libur. “Alhamdulillah selama kami main perkutut, tidak ada istilah libur kecuali ada keperluan yang tidak mungkin kami tinggalkan. Tapi itu jarang terjadi,” tegas Cak Goendul.
Sederet amunisi yang berhasil mengkanvaskan lawan menembus podium juara, semakin mendongkrak popularitas Team Chelsea & Cak Goendul menuju titik tertinggi. Langganan juara sepertinya sudah menjadi keberhasilan yang tidak bisa lagi dipungkiri. Prestasi demi demi prestasi yang sukses dibukukan, semakin menyakinkan dan menguatkan bahwa team ini bukan semata-mata sebagai penyemarak konkurs.

Yang lebih membanggakan lagi bahwa amunisi yang mereka usung adalah produk ternak sendiri dan prestasi yang berhasil ditorehkan di mulai sejak usia dini (piyik hanging) berlanjut sampai usia dewasa. Amunisi paling anyar yang lagi menjadi kebanggaan adalah Giratika.

Perkutut bergelang Cak Goendul, sudah membuktikan kehebatannya dalam setiap turun konkurs. Giratika, produk yang lahir dari kandang Cak Goendul B.08 (CG.O x CG B.03), memulai debutnya dalam gelaran Liga Jember. Tarung untuk pertama kalinya, Giratika langsung memboyong podium pertama di Kelas Piyik Hanging.
Keberhasilan tersebut kembali ditorehkan pada kota yang sama yakni Jember dalam gelaran yang berbeda. Lagi-lagi Giratika mengakhiri penjurian di podium pertama masih pada kelas yang sama. Tarung untuk ketiga kalinya dalam gelaran Liga Hanging Bangkalan 2024 seri Penutup, Giratika harus puas pada posisi kedua.

Keikutsertaan Giratika untuk keempat kalinya dalam konkurs, terjadi pada even di Banyuwangi. Kali ini kelas yang diikuti tidak lagi untuk usia Piyik Hanging. Giratika membidik kelas Piyik Yunior karena usia yang sudah tidak muda lagi. Hasilnya tetap sama, bikin Team Chelsea & Goendul tersenyum lebar.

Trophy juara pertama berhasil diboyong ke Surabaya. Prestasi apik terus berlanjut dalam even di Ponorogo. Turun pada kelas Piyik Yunior, Giratika masih kokoh dipuncak prestasi. Liga Jawa Tengah, semakin menambah panjang prestasi yang dicatat. Giratika berhasil menunda pesta kemenangan lawan yang dikerek pada Kelas Piyik Yunior.
Podium pertama menjadi tambahan koleksi untuknya. Konkurs Semarang, menjadi konkurs selanjutnya. Kali ini Giratika harus menyudahi proses penjurian di Kelas Piyik Yunior pada posisi keempat. Nah, tarung teranyar dirasakan dalam even Liga Perkutut Indonesia Nala Cup Surabaya. Masih pada kelas yang sama, Giratika akhirnya menambah koleksi trophy untuk juara tiga.

Kemenangan demi kemenangan yang diperoleh, berkat performa yang selalu on fire. Raihan bendera tidak warna hitam usulan, menjadi catatan yang menyertai dalam setiap lawatan. Bahkan dalam beberapa even yang diikutinya, Giratika nyaris meraih nilai lebih. Menurut penuturan Cak Goendul, dalam sebuah gelaran Giratika sempat meraih bendera tiga warna hitam usulan.

Hanya menunggu bunyi yang kesekian untuk bisa meraih tambahan nilai, namun jumlah bunyi yang harus dipenuhi tidak sempat terlontar saat peluit tanda berakhirnya penjurian dibunyikan. Sukses Cak Goendul membawa Giratika menembus podium juara sejak usia piyik hanging sampai saat ini, diakui bahwa potensi tersebut sudah terdeteksi saat Giratika (Ginting, Rahmad, Tia, Kadir) masih berada di kandang ternak.

Saat itu Goendul menemukannya saat berada dalam pengawasan sang indukan. Feeling yang luar memutuskan untuk memisahkannya dengan sang indukan. Sejak saat itu proses perawatan dan perkembangan langsung ditangani Goendul. “Saya melihat potensi Giratika saat masih ada bersama indukan, saya angkat dan langsung dirawat sendiri. Dan prediksi saya ternyata benar,” ungkap Goendul lagi.

Yang membuat bangga Team Chelsea & Cak Goendul dalam mengorbitkan amunisi sampai pada level tertinggi adalah, tidak pernah melakukan latihan pada semua orbitannya. “Sejak awal saya main perkutut sampai saat ini, saya dan juga team tidak pernah latihan. Semua dilakukan tanpa latihan, namun masih tetap bisa meraih prestasi bagus,” ungkap Cak Goendul.