Diklat Nasional Penjurian P3SI 2025 yang berlokasi di Bumi Marinir Karangpilang Surabaya, akhirnya tergelar sesuai harapan. Lancar tanpa kendala dan bahkan banyak apresiasi yang diberikan dari berbagai kalangan. Menurut mereka kegiatan ini adalah sebuah perhelatan akbar yang mungkin jarang bisa terlaksana dalam waktu dekat.

Agenda ini dinilai sebagai bentuk keseriusan, kepedulian dan keinginan yang kuat dari pengurus untuk memberikan kesempatan kepada para kors juri dan perumus, agar bisa menjadi lebih baik, lebih kuat, lebih bermartabat bahkan bisa menjadi pengadil yang selama ini selalu diharapkan kehadirannya oleh seluruh kung mania.
Diklat Nasional Penjurian P3SI tahun 2025, bukan sekedar ajang silaturrahmi antar juri, namun lebih kepada keinginan yang kuat dari organisasi hobi perkutut bernama Persatuan Pelestari Perkutu Seluruh Indonesia (P3SI) untuk terus berbenah menuju pada satu titik dimana organisasi semakin dicintai dan dikagumi.

Sekitar 203 peserta dari seluruh Indonesia, ikut ambil bagian dalam kegiatan yang berlangsung mulai Kamis, 13 sampai 16 Februari 2025. Mereka terdiri dari 33 orang Perumus, 59 orang Juri Nasional, 46 orang Juri Senior dan 65 orang Juri Yunior. Kegiatan ini benar-benar menempah mental juri untuk bisa menjadikan juri dan perumus lebih baik.
“Yang pasti dalam Diklat Juri kali ini, ada satu poin atau satu momentum yang mengena bahwa kita bisa mengumpulkan juri P3SI dari seluruh Indonesia, karena disitu bukan perkara gampang,” tegas H.Gunawan MTG Ketua Bidang Penjurian P3SI Pusat. Lebih lanjut disampaikan bahwa ada para peserta yang harus mengatur waktu, terutama mereka yang memiliki kesibukan.

Kesiapan para peserta untuk bisa menghadiri acara ini merupakan sebuah pengorbanan yang tidak mudah, terlebih mereka yang berasal dari luar pulau. Persiapan peserta yang ingin ikut diklat itu tidak ringan, karena mereka mulai dari Selasa, Rabu, Kamis sudah harus berangkat menuju Surabaya.
Rata-rata sekitar 6 sampai 7 hari mereka harus meninggalkan pekerjaan, keluarga dan kampung halaman. “Saya kira waktu yang lama bagi teman-teman yang mau ikut diklat, terutama bagi yang kerja, itu adalah sesuatu yang berat, namun mereka tetap berangkat hanya demi menjalankan tugas dan tanggungjawab,” sambung H.Gunawan MTG.

Begitu juga dengan biaya yang tidak sedikit, harus dikeluarkan untuk kegiatan ini. baik dari pihak penyelenggara, organisasi ditingkat Pengwil atapun pribadi. Namun, semua itu bisa terlaksana dengan baik dan lancar. “Kita sangat apresiasi terutama kepada Pak Ken yang telah memberikan akses,” terang H.Gunawan MTG lagi.
Setidaknya dengan kegiatan ini akan memberikan dampak yang selama ini diharapkan. Para peserta diklat, sudah punya gambaran tentang materi yang disampaikan seputar psikologi massa, psikologi kepemimpinan dan lain sebagainya yang mungkin bisa untuk bekal menghadapi massa di lapangan. Hal ini adalah sesuatu yang sangat penting dimiliki.

“Jadi kalau kita mau mengarapkan juri berubah, ya in syaa allah berubah tetapi butuh proses dan waktu. Hal ini karena SDM juri bermacam-macam dari latar belakang. Ada yang mungkin pendidikan formal bagus, mungkin bisa lebih baik, tapi bagi yang sudah berumur, ya ada masalah, tapi itu tidak terlalu fatal,” ungkap H.Gunawan MTG.
Namun secara kesuluruhan, Diklat Nasional Penjurian P3SI 2025, dinilai okelah. “Saya kira kalau diklat seperti ini akan bisa dilaksanakan setiap lima tahun sekali, akan sangat baik,” tambah H.Gunawan lagi. Karena yang pasti hasil yang sudah dirasakan, sudah terlihat di lapangan meski belum maksimal.
Menurut H.Gunawan, pasca pelaksanaan diklat, maka dari sisi juri bisa dikendalikan. Sebaliknya muncul pertanyaan, apakah dari sisi massa juga demikian. “Apakah teman-teman yang main burung mau belajar, belajar bagaimana membawa burung yang baik, bagaimana membawa burung tingkat lomba, bagaimana membawa burung yang bisa dibuat lomba dan bagaimana karakternya,” urai H.Gunawan.

Karena tidak memiliki bekal yang kuat, maka akan sangat tidak menguntungkan “Sudah bisa dibayangkan yang berbahaya adalah mereka yang ngertinya baru 30 persen. Dia belajar dari media sosial, karena tantangan untuk perkutut tidak mudah. Butuh pemahaman dan ilmu yang cukup,” sambung H.Gunawan lagi.
Ditambahkan pula bahwa untuk saat ini yang perlu juga mendapatkan perhatian adalah regenerasi. Sebab menurut H.Gunawan, para pengurus yang saat ini ada, usianya sudah tidak muda lagi. “Mengingat bahwa pengurus orangnya juga sudah tua-tua seperti saya, maka yang muda harus tampil jangan bengok bengok di luar lapangan,” papar H.Gunawan.