Diklat Nasional Penjurian P3SI tahun 2025, akhirnya tuntas tergelar. Dimulai pada Kamis, 13 – 16 Februari 2025. Acara penutupan dilakukan langsung oleh ketua Umum P3SI Mayjend TNI (Purn.) H.Zainuri Hasyim. Apresiasi luar biasa diberikan berbagai pihak, baik dari peserta juri sendiri, pengurus, tokoh kung mania bahkan ketua Umum P3SI.

Agenda yang diikuti sekitar 203 peserta dari berbagai tingkatan, mulai Juri Nasional, Juri Senior, Juri Yunior sampai Perumus yang datang daerah di Indonesia. Bagaimana sebenarnya ide awal diklat dengan konsep ala militer. Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si selaku Ketua Panitia membeberkan kepada infoagrobur.com
“Ide awal agenda Diklat Nasional berasal dari para senior kung mania dan juga dari pejabat yang ada di P3SI. Disana kami merasa bahwa dalam pelaksanaan kegiatan lomba ada yang masih kurang sreg soal hasil penilaian. Seperstinya ada yang janggal. Kemudian mereka memiliki saran dan masukan, bagaimana kalau kita melaksanakan pendidikan diklat,” terang Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si.

Akhirnya terjadilah bincang-bincang santai namun serius. “Karena saya ada di dalam kepengurusan, saya ikut urun rembuk dan saya tawarkan lokasi di Marinir Karangpilang Surabaya,” sambung Pengurus Pusat P3SI Bidang Peternakan dan Konservasi. Tanpa menunggu waktu lama dilakukan survey lokasi untuk memastikan apakah bisa dipakai atau tidak. Dan ternayata disetujui karena lokasinya sangat cocok.
Setelah memilih lokasi, langkah berikutnya adalah menyiapkan materi diklat. Saran dan masukan juga diminta dari beberapa pengurus serta pihak lain dalam hal ini para kung mania senior, juri nasional serta perumus nasional. Tujuan dari semua itu adalah untuk mendapatkan materi yang benar-benar ideal.

Moment seperti itu, panitia memang lumayan sibuk karena harus menyiapkan materi. Komunikasi tak pernah berhenti untuk memastikan bahwa masukan yang didapat akan segera dija dikan bahan untuk diklat. Proses penggodokan materi memang membutuhkan pemikiran yang tidak sederhana.
Beberapa panitia yang dianggap mampu melakukan tugas ini, diberikan kesempatan untuk menyusun materi. Menurut pengakuan Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si, bahwa panitia memang gerak cepat untuk menyelesaikan proses menyusunan materi diklat. Sampai akhirnya proses tersebut final.

Tugas panitia berikutnya adalah menyusun untuk materi fisik untuk peserta. “Setelah penyusunan materi untuk teori, kami menyiapkan materi untuk fisik. Saya sampaikan bahwa pihak marinis harus terlibat dalam kegiatan ini,” ungkap pemilik Kent Bird Farm Yogyakarta. Tujuannya adalah bagaimana membangun kedipilinan, kekompakan dan bagaimana dia memiliki jiwa kepemimpinan.
Masih menurut Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si, materi yang disebut sebagai psikologi massal, didasari bahwa selama ini juri-juri yang bertugas di lapangan seringkali menghadapi peserta, di tekan dan teriak-teriak. Nah dengan cara seperti ini, mental juri perlu di benahi dengan jalan memberikan materi psikoligi mental.

“Ketika bertugas di lapangan, juri adalah seorang pemimpn yang harus memutuskan. Kalau kita beri materi kepemimpinan, maka mereka bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak. Dari gembelangan Fisik dan dispilin itulah yang menjadikan mereka lebih baik,” urai kung mania yang juga memiliki tanggungjawab besar di Yayasan Nala Surabaya.

Lebih lanjut disampaikan bahwa proses yang sudah dilakukan, yakin bisa memberikan dampak positif. Ada kenyakinan bahwa proses ini akan berhasil meski peserta dari sipil sementara pelatih dari militer. Diceritakan bahwa saat proses pendaftaran, pihak mariner sempat menyampaikan bahwa ternyata peserta yang ikut diklat berasal dari usia yang berbeda.
“Akhirnya saya sampaikan kepada anak-anak saya para mariner untuk menggunakan porsi latihan sesuai kemampuan mereka. Jangan disamakan dengan porsi prajurit. Saya sampaikan para para intruktur untuk menggunakan porsi yang tidak berlebihan. Jadi saya kira semua yang dilakukan masih dalam batas kewajaran,” ungkap kung mania yang kini ditunjuk sebagai Penasehat Liga Perkutut Madura 2025.

Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si juga mengatakan bahwa usai diklat, berarti berakhir pula tugas dan tanggungjawab pengurus dan juga peserta. Untuk memastikan bahwa proses ini akan terus memberikan dampak positif, maka akan dilakukan proses pemantauan bagi juri di setiap wilayah.
“Kami akan terus pantau kinerja juri di setiap Pengwil, karena agenda konkurs kan masih tetap ada, seperti LPI dan juga agenda lain di setiap Pengwil dan Pengda. Dari sana kami akan terus berkoordinasi dengan setiap pengurus di tingkat Pengwil dan Pengda, apakah kinerja juri yang sudah mengkuti diklat, lebih bagus atau sebaliknya,” papar Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si.

Jika memang ada yang melanggar, akan tetap ada sanksi sebagai wujud konsekuensi atas apa yang sudah dilakukan. “Jadi berapa kali mereka melaksanakan tugas, akan dinilai, apakah bagus atau tidak. Kita awasi terus. Kalau juri ada yang meleceng, tetap ada sanksi. Karena kita harus memiliki pedoman, kalau mereka tidak benar, kenapa tidak kita beri sanksi,” jelas Laksda TNI (Purn.) B Ken Tri Basuki, M.Si.
Yang tidak kalah penting dari kegiatan ini adalah bahwa Diklat Nasional Penjurian P3SI tahun 2025, membutuhkan biaya besar dan pelaksanaan seperti ini, tidak akan terulang dalam waktu dekat. Bisa jadi akan tergelar 10 tahun lagi bahkan bisa lebih.