Bagi penggemar ayam hutan dan ayam bekisar, Lantek Farm yang berlokasi di Lantek Barat Galis Bangkalan, bisa menjadi referensi. Saat ini farm milik H.Sholeh ini dihuni oleh sebanyak 10 ekor ayam hutan sebagai indukan dan 5 ekor ayam hutan betina. Sedangkan untuk indukan betina kampong, ada sekitar 100 ekor.

Dengan jumlah indukan sebanyak itu, H.Sholeh mengaku masih belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan para pembeli. “Sampai saat ini saya kadang kewalahan memenuhi permintaan, padahal produksi saya tidak mengalai kendala. Semua berjalan lancar dan sesuai rencana,” terang pria yang baru saja pulang umroh bersama keluarga.
Disampaikan juga bahwa proses perkawinan indukan menggunakan system IB (Inseminasi Buatan), dengan harapan bisa mempercepat produksi, namun ternyata tidak menjadi solusi dalam memenuhi permintaan. Artinya bahwa produksi yang dihasilkan tidak seimbang dengan permintaan yang ada.

Begitu juga dengan proses penetasan yang menggunakan mesin tetas, juga bukan menjadi pilihan yang dinilai bisa diharapkan segera mengurangi keterlambatan pemenuhan bagi konsumen. “Alhamdulillah, produk saya laku keras tapi saya juga belum bisa memenuhi semua permintaan. Ini yang menjadi pemikiran saya,” ungkap H.Sholeh.
Disampaikan bahwa produk usia seminggu sudah mulai dilepas dan selama ini tidak ada istilah sortir saat akan melepas produk pada konsumen. Kenyataan itulah yang menyebabkan produk Lantek Farm tidak sampai berusia dewasa. Karena langsung diserbu pembeli pada usia yang masih sangat muda.

Setiap pembeli berhak dan boleh memilih anakan yang akan dibawa. Ada pelayanan yang mungkin menjadi alasan mengapa pembeli selalu berusaha untuk mendapatkan produk Lantek Farm. Khusus untuk produk anakan ayam bekisar, ada garansi yang diberikan, jika anakan tersebut ternyata berjenis kelamin betina.
Garansi diberikan maksimal 1 bulan setelah proses transaksi dilakukan. Sebaliknya untuk produk ayam hutan, tidak ada istilah garansi. Karena jantan ataupun betina masih tetap menjadi buruan penghobi. Itulah sebabnya H.Sholeh mengaku bahwa ternak ayam hutan lebih enak dibandingkan dengan ayam bekisar.

Para pembeli tidak pernah mempermasalahkan anakan ayam hutan berjenis jantan atau betina. Baik jantan ataupun betina, mereka tetap membelinya. Sedangkan ayam bekisar harus ada garansi bahwa produk tersebut berjenis jantan. Jika ternyata betina, maka harus ditukar dengan jantan.
Lebih lanjut disampaikan bahwa ternak ayam hutan dan juga ayam bekisar saat ini memang sangat menjanjikan. Karena masih banyak yang membutuhkan. “Selama ini saya tidak pernah menyimpan stok anakan karena sudah laku semua, kecuali untuk produk ayam bekisat betina karena memang tidak bisa dijual,” ungkap H.Sholeh lagi.

Bisnis menguntungkan ini diakui memang lagi berpihak padanya, Namun demikian bahwa semua itu melalui proses yang tidak mudah. Dikatakan bahwa apa yang kini dihasilkan membuat banyak orang tertarik untuk melakukan hal yang sama. “Ternak harus paham, indukan yang dipakai seperti apa, mengeti kondisi cuaca, memahami karakter indukan, dan lain-lain,” sambung H.Sholeh.
Musim dengan cuaca panas, seringkali menjadi kendalan dalam proses produksi. Telor tidak menetas karena cuaca terlalu ektrim, menjadi bagian dalam perjalanan ternak. Memahami dan mengerti betul apa yang harus dilakukan saat menekuni ternak, adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap peternak sehingga proses produksi berjalan sesuai harapan.

“Cuaca seperti saat ini, bagus untuk produksi. Makanya indukan baik itu untuk ayam hutan dan juga bekisar, bisa berjalan lancar tanpa masalah. Namun sebaliknya jika kondisi cuaca panas ektrim, maka seringkali menjadi masalah produksi tidak berjalan sesuai harapan dan itu harus kita pahami,” kata H.Sholeh lagi.