Ternyata, tidak selamanya perkutut dipilih sebagai wadah atau sarana untuk menyalurkan hobi semata. Ada tujuan lain yang ingin dilakukan sehingga pilihan pada hobi tersebut tidak hanya berdampak pada pribadi, tetapi juga untuk orang lain. Rahmah Saleh, kung mania asal Paberasan Sumenep menjadi salah satu buktinya.

Sempat vakum dan kini kembali menggerakkan hobinya, mengaku ada tujuan yang dinilai lebih mulia karena bisa memberikan dampak positif dengan apa yang kini mulai dilakukannya lagi. “Saya dulu pernah main perkutut, tapi sempat vakum karena kesibukan,” terang Klebun (Kepala Desa) Paberasan Sumenep.
Perbedaan yang mendasar bahwa jika dulu perkutut yang ditekuninya adalah sebuah kesenangan, sekarang sudah bergeser pada hal, bagaimana ekonomi meningkat lewat perkutut. Diakui oleh Rahman Saleh, bahwa ketika awal pertama kali menekuni perkutut, setiap ada lomba, selalu menjadi agenda yang harus dikunjungi.
Bukan saja gelaran lokalan, namun even regional bahkan nasional yang tergelar di berbagai kota, selalu menjadi jadwal yang harus dilakoni. “Alhamdulillah saya dulu selalu bawa trophy usai lomba. Dimana-mana selalu lomba dan juara,” sambung Klebun yang sudah memimpin Desa Paberasan selama dua periode.

Imbas dari kemenangan tersebut, tidak sedikit kung mania yang berusaha untuk mengambil alih kepemilikan sang orbitan. Bahkan ada yang berani menukar burung tersebut dengan mobil Izusu Panther. Namun, Rahman Saleh menolak dengan alasan karena lagi senang punya burung bagus dan selalu juara.
Namun, pola pemikiran tersebut, kini sudah tidak berlaku lagi. “Kalau dulu ada yang nawar burung saya sampai mau ditukar mobil, pasti saya tolak karena saya senang lomba, tapi kalau sekarang itu sudah tidak berlaku lagi, jika itu terjadi, maka akan saya lepas,” ungkap kung mania yang sempat vakum sejak tahun 2017 lalu.
Disampaikan juga bahwa dulu hobi perkutut hanya sebagai wadah menyalurkan kesenangan, sekarang harus bisa memberikan dampak positif pada orang lain. Cara yang dilakukan adalah dengan membangun kandang ternak dan mendirikan kerekan meski tidak banyak. Dengan cara ini, maka diharapkan bisa akan mendatangkan orang lain untuk ikut melakukan hal yang sama.

Rahman Saleh mengaku mendirikan kerekan dan mengajak warga untuk datang. Bagi warga yang bukan penghobi akhirnya ia berusaha untuk menjadi penghobi perkutut. Selain itu juga mengembangkan ternak. Jika ada warga yang kebetulan senang dan suka, maka diajak untuk menekuni hobi tersebut.
Semakin banyak masyarakat yang menekuni, maka akan semakin besar peluang untuk menjadikan perkutut sebagai ladang untuk meningkatkan ekonomi. “Saya memberikan perkutut pada warga dan ternyata burung itu laku sama orang lain dengan keuntungannya yang didapat lumayan, artinya ada efek positif yang dihasilkan,” urai Rahman Saleh.
Begitu juga sebaliknya, ketika ada rekan sesama kung mania yang menawarkan burung dan akhirnya terjadi transaksi, maka itu artinya sudah ada dampak positif yang ditimbulkan. Begitu seterusnya, sehingga masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari perkutut. Tidak jarang juga, ketika ada produk ternak yang bagus dan disenangi masyarakat, Rahmah Saleh tidak segan-segan untuk memberikan kesempatan membawa burung tersebut untuk dibawa dulu.

Soal pembayaran, itu urusan balakang. Cara-cara seperti itulah yang membuat masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, mulai bermunculan bergabung menjadi komunitas penghobi, peternak dan pelomba perkutut. Tidak itu saja, Rahman Saleh selalu mendukung setiap kegiatan hobi perkutut, mulai membantu dalam hal pembiayaan sampai memberikan bantuan dalam mensukseskan kegiatan tersebut.
Hal itu dilakukan agar hobi perkutt, benar-benar memberikan efek yang dirasakan oleh masyarakat. “Saya berusaha melakukan aksi bagiamana orang kecil bisa senang perkutut dan kita berhasil mengajak mereka untuk menekuni hobi,” sambung pemilik Boen-Boen Bird Farm. Bahkan Rahman Saleh mengapresiasi pada peternak besar yang melakukan lelang.
Karena masyarakat tingkat bawah bisa mendapatkan produk dari peternak besar dengan harga terjangkau. Apa yang kini dilakukan, sudah mulai menampakkan hasil. Beberapa produk ternaknya sudah mulai moncer di lapangan. Memang, saat ini masih di jalur perkutut usia muda yakni Piyik Hanging.

Roso, perkutut bergelang Boen-Boen sukses menembus barisan di posisi dua dan Lenggang diurutan ke tujuh pada Kelas Piyik Hanging dalam gelaran Liga Perkutut Sumenep Pengcam Lenteng. Ada juga Djarum yang berhasil meraih podium 9 pada Kelas Piyik Hanging dalam even Liga Perkutut Sumenep Pengcam Guluk-Guluk.
Deretan produk dengan prestasi yang sudah terbukti, semakin menunjukkan arah positif untuk mendongkrak ekonomi kerakyatan lewat hobi perkutut. Lewat hobi perkutut pula, Rahman Saleh sekaligus bisa menyalurkan jiwa seninya. “Saat mengutak-atik tanaman bonsai dan mendengarkan suara merdu perkutut, ada kenikmatan tersendiri yang saya rasakan. Jiwa begitu tenang dan damai,” tutur Rahman Saleh lagi.