Rapat Evaluasi Liga Perkutut Madura 2025 yang diselenggarakan pada Selasa, 22 Juli 2025 di Kediaman H.Abd.Azis ternyata memberikan banyak masukan terhadap pelaksanaan yang sudah berjalan selama empat putaran di masing-masing Pengda. Salah satu yang menjadi perhatian besar dari hasil rapat adalah informasi bahwa penyelenggara mengalami kerugian.

Pengda Bangkalan saat menjadi penyelenggfara perdana Liga Perkutut Madura 2025, tidak menginfomasikan apakah pelaksanaan liga mengalami kerugian atau tidak. Ir.H.R.Moch Mahmud, selaku Ketua Pengda ketika memberikan sambutan, tidak menyampaikan hal tersebut. Namun saat ditanya, hanya tertawa sebagai bentuk jawabab.
Pengda Sampang, lewat Wakil Ketua Pengda yakni Mujiborrahman mengaku tidak mengalami kerugian bahkan masih menyisakan uang meski jumlah yang didapat tidak banyak. “LPM Putaran kedua Pengda Sampang panitia tidak mengalami kerugian. Karena semua peternak berkontribusi dengan kompensasi pasang banner,” jelas Mujiburohman.
Selain itu panitia juga memaksimalkan potensi yang ada seperti minta dukungan pada pihak setempat seperti kepala desa. Yang penting ada kekompakan dari semua panitia. Juga dari kelompok swasta. Memanfaatkan koneksi yang dimiliki. Kepedulian peternak mendukung sukses pelaksanaan lomba.

Sebaliknya dua Pengda yakni Pamekasan dan Sumenep, mengakui bahwa harus menanggung kerugian dalam angka yang lumayan. Meski mereka pada akhirnya bisa mengatasi masalah tersebut karena ada pihak yang berani dan mau menanggun kerugian yang dialami, namun hal itu tidak seharusnya selalu terjadi.
Dalam rapat evaluasi, H.Yazis RM Pamekasan memberikan gambaran. “Saya melihat bahwa kebanyakan tiap lomba lebih banyak tertuju pada orang yang berduit. Artinya masih bergantung pada pihak yang memiliki dana besar dan lebih. Pengda seharusnya pandai cari donatur. Agar pelaksanaan lomba tidak tergantung pada satu pihak saja,” terang H.Yazid RM.
Sebab tidak selamanya orang tersebut akan sanggup memberikan bantuan dan perhatian. Dan jika hal itu terjadi, maka penyelenggara akan kesulitan dalam menjalankan agenda lombanya. Ir.H.R.Moch Mahmud memberikan pernyataan bahwa P3SI perlu kita akui adalah organisasi besar, pengurus dari pusat sampai Pengcam.

Organisasi P3SI juga sudah berbadan hukum. Namun yang terjadi P3SI bergantung pada figur sentral, sehingga organisasi kita tidak mandiri. Ketika ada figur yang kita gantungkan akhirnya tumbang, maka tidak ada yang bisa menggantikan. Kita besar tapi tidak mengakar. Kondisi inilah yang harus diakhiri, sehingga organisasi bisa mandiri.
Melihat kenyataan yang terjadi pada Liga Perkutut Madura, Ketua Pengda Bangkalan memberikan satu pertanyaan pada seluruh undangan yang hadir. “Dengan kondisi seperti ini apakah LPM tetap berlanjut,” tanya Ir.H.R Moch Mahmud. Dan spontan semua undangan yagn hadir menjawab lanjut.
Untuk itulah semua pengurus dan pihak yang terlibat langsung dalam LPM harus terus kompak dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh beberapa Pengda. Dan karena mereka menyatakan terus lanjut, bagaimana solusinya. Beberapa undangan memberikan masukan, saran agar ada solusi yang tepat dan cepat sehingga eksistensi LPM tetap ada.

Lagi-lagi H.Yazid RM Pamekasan memberikan saran. “Kita sebagai kung mania harus ikut memiliki dan kompak, dengan cara apa. Pengda memenuhi kebutuhan kung mania, semisal milet yang diupayakan pengda. Segala kebutuhan kung mania harus kita beli ke pengda. Pengda memenuhi kebutuhan kung mania,” saran H.Yazid RM.
Sunardi King Bird Farm Pamekasan juga memberikan saran. “Setiap peternak diminta burung untuk dilelang, hasil dihibahkan ke panitia,” jelas Sunardi. Mujiburohman Sampang juga memberikan solusi.”Koperasi mungkin bisa jadi pilihan untuk dikelola. Semua pelaku perkutut kalau kira gerakkan maka akan berjalan,” tegas Mujiborrahman.
Lebih lanjut disampaikan bahwa langkah yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan jaringan yang ada di wilayah tersebut, seperti perusahaan. Atau juga semisal LPM punya kerekan, maka bisa dimanfaatkan misalnya disewakan apalagi tidak, maka itu akan sangat menguntungkan. Mujiborrahman mengajak anggota untuk diberdayakan.

H.Syaiful Ottoman Karanganyar Sumenep yang hadir dalam acara tersebut juga memberikan saran dan masukan. “Terus terang saya baru main perkutut 4 bulan, tapi saya miris melihat kenyataan yang ada. Ada potensi yang harus dimanfaatkan dan itu harus kita fikirkan. Kita harus kompak, bagaimana Madura bisa jadi pilar percontohan di Indonesia,” terang H.Syaiful.
Lebih lanjut disampaikan bahwa sebenarnya LPM memiliki figur yang bisa diandalkan. “Kita punya Ra Mahmud yang nilainya bukan lagi milyaran tapi trilyunan. Apapun program yang akan dilakukan untuk bisa memberikan manfaat, saya pasti akan mendukung yang penting untuk kepentingan bersama,” sambung pemilik Ottoman Bird Farm Karanganyar Sumenep.
Hal senada disampaikan Ketua Pengda Bangkalan. “Solusi kerugian mari kita tanggung bersama. Senasib sepenanggungan, satu sakit semua sakit. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah pengurangan kontribusi kepada Dewan Pengurus dari Rp 10 ribu pertiket menjadi Rp 5 ribu saja,” ungkap Ir.H.R.Moch Mahmud.

Tidak itu saja, usulan yang akan menjadi sebuah solusi jitu dan tepat sasaran adalah proyek besar membuat Kartu Tanda Anggota (KTA). Proyek ini nantinya akan menjadi sebuah harapan luar biasa bagi kelangsungan P3SI, baik ditingkat Pusat sampai tingkat Kecamatan, karena ada beberapa manfaat yang akan dirasakan dan dialami.
“Kalau ada rencana membuat KTA saya mendukung penuh, kalau bisa KTA bisa memberikan asas manfaat. Bagaimana kalau misalnya di KTA ada asuransi jiwanya, sehingga ada ketergantungan pada kartu tersebut. Waktunya kita mandiri. Kalau bukan kita lalu siapa lagi,” urai H.Syaiful Ottoman. Bagaimana sebenarnya program Kartu Tanda Anggota P3SI.
Seperti apa prosedur pengurusannya, siapa sajakah yang berhak menjadi mendapatkan Kartu Tanda Anggota, apakah saja manfaat yang bisa didapat dan apa pula dampak yang akan ditimbulkan jika rencana tersebut bisa terwujud. Ikuti dan simak pada edisi selanjutnya di www.infoagrobur.com.