Hobi perkutut saat ini semakin mendekati ke arah yang diinginkan mayoritas kung mania. Sistem penjurian, menjadi salah satu langkah yang sudah dibenahi demi menuju pada hasil akhir sebuah penilaian yang sesuai. Diawali dengan terbitnya Pakta Integritas sampai Diklat Kejurian yang diikuti oleh seluruh juri yang ada di Indonesia, baik juri yunior sampai juri nasional serta perumus, semua merasakan.

Dua program unggulan P3SI Pusat ini akhirnya melahirkan sistem penjurian yang berkualitas. Dampak dari sistem penjurian yang super ketat ini adalah sulitnya melihat burung milik peserta yang mampu menyentuh angka bendera 4 warna. Beberapa dari kung mania mengaku bahwa kondisi tersebut karena faktor burung yang memang kualitasnya tidak sampai, ada pula yang mengatakan karena faktor rajin bunyi yang menjadi kendala meraih hasil maksimal.
Namun yang pasti, peternak terus dituntut untuk melakukan upaya agar kualitas hasil ternaknya semakin menuju pada titik yang lebih berkualitas lebih. Ababil Bird Farm Sampang mengaku terus melakukan ikhtiar agar hasil yang dicapai semakin memberikan rasa bangga dan senang. “Upaya pertama yang saya lakukan adalah memohon pertolongan Allah SWT sang pencipta. Ini adalah bentuk ikhtiar yang sungguh-sungguh,” tegas R.H.Abd.Aziz pemilik Ababil Bird Farm.

Pemilihan materi harus selektif, disesuaikan dengan kebutuhan kandang. Untuk memburu indukan sesuai keinginan, Ababil tidak membatasi diri. “Saya tidak fanatik terhadap salah satu farm. Jika ada peternak yang bisa saya pilih dan jadikan indukan, dari manapun dan siapapun, pasti akan saya ambil,” sambung kung mania yang juga seorang Ustadz. Yang paling penting adalah kecocokan.
Adapun kriteria yang harus dimiliki calon penghuni kandang ternak Ababil adalah trah yang memiliki reputasi sebagai pencetak burung juara dalam jangka waktu lama. Artinya bahwa produk tersebut harus memiliki prestasi bagus, tidak hanya dalam jangka waktu pendek, tetapi harus jangka panjang, semisal sudah prestasi dari sejak usia muda sampai dewasa. Tetep bisa juara dalam tentang waktu panjang.

Jika ada trah seperti itu, maka Ababil akan menjadikannya sebagai referensi untuk calon indukan. “Biarpun ada peternak besar, tapi tidak masuk kriteria Ababil, maka saya pastikan tidak akan menggunakan sebagai indukan,” ungkap R.H.Abd.Aziz. Henryarto Atlas Semarang mengatakan hal yang sama. Bahwa indukan berkualitas masih tetap menjadi pilihan utama.
“Upaya saya untuk bisa terus mencetak produk bagus adalah membenahi kandang ternak karena sampai saat ini belum sesuai harapan,” jelas Henryarto. Lebih lanjut disampaikan bahwa ada beberapa kandang yang belum menghasilkan anakan rata. Dalam satu kandang, anakan yang dilahirkan dinilai ada yang bagus dan ada pula yang kurang. Solusi yang saat ini dilakukan adalah dengan mengganti indukan yang kurang potensial dengan trah sendiri.

“Saya berusaha pakai indukan dari trah sendiri yang kualitasnya stabil untuk basic. Untuk materi dari luar tetap saya butuhkan terutama trah-trah juara, suara besar tapi irama Indonesia,” ungkap pemilik Atlas Bird Farm. Sedangkan untuk burung import, Henryarto mengaku belum membutuhkan. “Untuk saat ini saya belum butuh indukan import, karena terlalu lama crossingnya dan irama juga masih kurang. Tidak tahu kalau untuk lain waktu,” ungkap peternak yang sukses lahirkan jawara.
Diakui bahwa saat ini Atlas Bird Farm lagi mengembangkan trah Putra Kadur yang dinilai masih kuat pada irama dan air suara. “Mudah mudahan ternakan Indonesia tetap unggul. Kita pasti lebih bagus. Kenyataan yang juara adalah produk lokal,” kata Henryarto lagi. Kades H.Sukandar Bluto Sumenep mengatakan bahwa sampai saat ini masih terus melakukan upaya agar kualitas produk ternaknya semakin meningkat.

Perpaduan antara indukan jantan dan betina harus betul-betul punya kualitas sehingga saling mengisi. Diakui bahwa saat ini masih mengalami kondisi dimana kadang ada produk yang keluar bagus, namun tidak jarang masih kurang sesuai harapan. Untuk itulah usaha untuk mengunakan materi dari luar menjadi pilihan yang tidak bisa dilewatkan. “Sampai saat ini saya masih membutuhkan indukan dari luar untuk mengisi kekurangan, sehingga hasil yang akan dicapai nanti, betul betul bagus,” jelas pemilik SKAD Bird Farm Bluto Sumenep.
Meski mendatangkan indukan dari luar, mayoritas materi yang dipakai menggunakan produk sendiri. Kades H.Sukandar menyadari bahwa peternak lain juga harus bisa meningkatkan mutu dan kualitas hasil anakannya. Untuk itulah SKAD Bird Farm memberikan support kepada peternak, terutama yang ada di wilayah Sumenep. Mereka bisa langsung pantau sendiri, indukan yang ingin dipakai.

“Kebanyakan teman-teman mantau sendiri untuk indukan jantan, sedangkan indukan betina, mereka menyerahkan kepada saya untuk dicarikan,” urai Ketua Bidang Penjurian Pengda P3SI Sumenep. Sunardi Cirebon Jawa Barat mengaku bahwa sudah saatnya peternak bisa menghasilkan produk unggulan yang mampu berprestasi di lapangan. Banyak cara yang dilakukan, semisal dengan kolaborasi antar peternak.

“Saya berusaha menjalin kolaborasi dengan teman sesama peternak, salah satunya T2L Tasikmalaya yakni Koh Yanto,” jelas Sunardi. Cara seperti ini dilakukan dengan tujuan agar sama-sama maju. “Kami ingin maju, maka tidak mesti mengeluarkan biaya banyak. Cara ini dianggap sama-sama memberikan manfaat agar bisa maju dan menghasilkan warna baru,” sambung Sunardi lagi.
Ditambahkan pula bahwa secara pemasaran, jika bagus bisa bantu jualkan produk dengan sesama peternak, sehingga lebih praktis. Diakui bahwa kolaborasi ini memiliki kendala/resiko, semisal lama tidak nelor dan belum ada hasil atau produksi macet. Hal itu dianggap wajar. Namun setidaknya ketika produk mulai hadir dengan kualitas bagus, maka akan menjadi harapan besar.

“Pangsa pasar di Indonesia cukup banyak dan besar dan potensinya harus diambil oleh kita. Kita harus secepatnya memanfaatkan peluang tersebut,” harap Sunardi lagi. Crossing indukan dengan sesama peternak dilakukan dengan menonjolkan kelebihan di masing-masing farm. Dengan cara ini diharapkan bisa segera menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Sunardi juga mengaku menyebar indukan kepada teman-teman peternak yang mau pakai produk ternaknya.
“Biasanya teman-teman datang kesini, mantau burung. Jika ada yang cocok, baik untuk burung lomba ataupun materi kandang, mereka bawa pulang,” ungkap pemilik Platinum Bird Farm Cirebon. Sistem yang dipakai, bisa beli ataupun join. Mereka datang main, lalu ambil, bisa juga beli join. Sunardi mengaku bahwa sudah ada peningkatan mutu dan kualitas hasil ternakan Platinum.

Setelah melihat produk platinum sudah ada penilaian yang sudah lumayan. Masih menurut Sunardi bahwa mencetak produk unggulan dari kandang ternak sendiri, jauh lebih membanggakan. “Misal saya punya uang, saya beli dan juara, tapi kira lebih bangga jika orbitkan burung produk sendiri,” sambung Koh Ancu.