Kisah Yoyon yang kini menjadi pemandu bakat dan berhasil mengorbitkan perkutut pada level yang melebihi ekspektasi, tidak pernah ada dalam pikirannya. Saat ini Yoyon dikenal sebagai pemandu bakat pemula yang mulai menunjukkan talentanya dalam memoles burung lomba.

Beberapa prestasi yang telah didapat adalah mengantarkan Sinden Panggung pada posisi yang diharapkan oleh sang pemilik burung. Disampaikan oleh Yoyon bahwa Sinden Panggung, perkutut bergelang Barokah Jaya, namanya mulai menanjak. Keikutsertaan dalam gelaran konkurs, terutama di Sumenep Madura, tidak lagi sekedar menjadi penyemarak.
Namun sudah masuk daftar peserta yang layak diperhitungkan oleh lawan yang beradu kualitas di kelas yang sama. Podium tiga besar di kelas kerekan full (Dewasa Bebas), seakan menjadi langganan dalam setiap turun tarung. Siapa sangka jika pada akhirnya Sinden Panggung kini jadi salah satu favorit.
Padahal burung ini dulunya nyaris meninggalkan dunia karena lepas dari perhatian sang pemilik yakni Amal Jaya Paberasan Sumenep. Kesibukannya hampir mengorbankan produk ternak miliknya. Sinden Panggung ditemukan oleh Yoyon dalam kondisi mengenaskan, makan dan minum tidak nampak.

Kondisi tempat pakan dan minum sudah kering. Yoyon yang kala itu mengetahui kondisi demikian, langsung meminta untuk membawa pulang untuk dirawat. Nasib baik masih berpihak pada Sinden Panggung. Kini sudah jadi idola. Ditangan Yoyon pula ada nama lain yang berhasil diorbitkan sampai pada posisi menggembirakan.
Nama tersebut adalah Sapurata dan Super Bagong. Keduanya juga produk Barokah Jaya. Soal prestasi memang tidak setenar Sinden Panggung, maklum kehadirannya baru seumur jagung. Namun kalau kualitas, bisa dibandingkan. Yoyon, kini disibukkan untuk mengkondisikan agar bisa selalu siap diturunkan kapan saja.
Tarung teranyar dilakukan dalam Liga Perkutut Sumenep Pengcam Lenteng dengan hasil di urutan ke enam untuk Sapurata dan tempat ketiga sembilan untuk Super Bagong di Kelas Dewasa Bebas. Keberhasilan Yoyon menjadikan ketiganya sebagai peraih podium adalah bukti kepiawaiannya dalam memoles perkutut tersebut.

Padahal, Yoyon bukanlah perawat yang sudah memiliki segudang pengalaman soal dunia merawat burung. “Saya baru dua tahun menekuni hobi perkutut dan langsung merawat burung. Alhamdulillah ada hasil meski belum maksimal,” terang Yoyon. Untuk bisa mendapatkan ilmu rawatan, ia banyak belajar dari para senior.
“Saya banyak belajar dan bertanya pada para senior untuk merawat burung dan mereka selalu memberikan ilmunya dan saya terapkan,” sambung Yoyon. Memang tidak semua ilmu bisa pas dan cocok, namun Yoyon mengaku mencari tahu ketika permasalahan baru muncul. Keputusan Yoyon menjadi perawat memang tidak ada dalam pikirannya.
Awalnya masuk dunia hobi perkutut, adalah ketika dirinya diajak oleh sang paman yakni Amal Jaya untuk membantu dalam kegiatan konkurs di Paberasan. Yoyon ikut bergabung dengan panitia lain meski dirinya tidak memiliki hobi tersebut. Namun, saat berada disana, melihat disekitar lokasi dan dikelilingi oleh suasana perkutut, muncul perasaan baru.

“Waktu saya jadi panitia, melihat orang dan aktifitasnya, tiba-tiba ada rasa ingin juga jadi penghobi perkutut. Sejak saat ini saya mulai mencari cara agar saya bisa punya kesibukan baru bersama perkutut,” ungkap Yoyon. Beberapa perkutut milik Amal Jaya yang waktu itu tidak terawat, ia bawa pulang untuk dijadikan kesibukan baru,
Sejak saat itulah bakat yang ada dalam dirinya, mulai muncul dan pelan namun pasti, Yoyon mulai memiliki rutinitas yang saat ini mulai meunjukkan potensi bagus sebagai perawat muda berbakat. Yoyon berharap bisa terus menjadi perawat lewat bantuan dari para senior dan pengalaman sendiri dalam memantau perkembangan sang rawatan.