Ayam hutan menjadi satu diantara sekian satwa kekayaan yang dimiliki Indonesia. Keberadaannya harus mendapatkan perhatian agar tidak sampai punah, sehingga bisa dinikmati oleh anak cucu kita. Kondisi inilah yang menjadi perhatian Suprapto Grobogan Purwodadi.

Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melestarikan ayam hutan di kediamannya yang terletak di Desa Kenteng Kecamatan Toro Kota Grobogan Kabupaten Purwodadi. “Saya pernah punya ayam hutan 25 ekor dan saya lestarikan di kandang. Ini sebagai wujud bahwa saya ingin menjadikan ayam hutan lebih banyak lagi, sehingga keberadaannya tidak sampai punah,” terang pengusaha sukses di bidang kontraktor.
Kondisi kandang ternak ayam hutan yang dekat dengan alam aslinya, membuat proses produksi berjalan sesuai harapan. Seluruh indukan mampu menghasilkan anakan tanpa ada masalah. Rasa senang dan bangga, menjadi pengalaman yang tidak mungkin bisa dilupakan. Suprapto mengaku bahwa program untuk melestarikan ayam hutan, sudah menemui titik terang.

“Kalau bukan dimulai dari kita, terus siapa lagi,” tutur Suprapto. Awalnya kesibukan ini sempat membuahkan hasil, beberapa indukan sukses mendapatkan anakan. Dari keturunan inilah produk ayam hutan disebar, baik ke masyarakat ataupun dilepas ke alam agar bisa berkembang biak dengan bebas.
Bahkan beberapa waktu lalu, Suprapto juga pernah memboyong ayam hutan Lombok dan juga di lepaskan ke hutan. “Kebetulan rumah saya dekat hutan, sehingga saya melepas beberapa indukan agar bisa berkembang biak di alam bebas,” sambung pemerhati dan penyayang satwa.

Diakui bahwa apa yang dilakukan memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. “Bagi saya tidak ada masalah ketika harus mengeluarkan biaya demi sebuah tujuan yang mulia. Apalagi nantinya bisa memberikan manfaat untuk orang lain,” sambung Suprapto. Setidaknya dengan cara ini, maka ayam hutan nantinya bisa dinikmati oleh anak cucu.
Kini, disela-sela kesibukan padat yang luar biasa, ayam hutan yang sempat diternak mengalami pengurangan. “Setelah tidak terurus, banyak ayam hutan yang lepas dan mati, sekarang tersisa sekitar 7 ekor pejantan dan 5 ekor betina,” jelas Suprapto. Sisi lain yang membuatnya begitu menikmati ayam hutan adalah warna yang terkesan eksotik.

“Saya senang dan suka warna ayam hutan yang begitu luar biasa, apalagi suaranya. Makanya saya tidak peduli buang uang. Dulu saya habis Rp 200 juta untuk membeli ayam hutan, itu sebuah kepuasan yang tidak bisa ternilai harganya,” ungkap Suprapto lagi. Masih menurutnya bahwa ayam hutan adalah tipikal satwa yang manja dan selalu minta diperhatikan.
Ikatan naluri yang kuat akan menciptakan sebuah hubungan yang erat. “Kalau kita mau main ayam hutan, salah satu kuncinya adalah kedekatan dan perhatian, jika itu bisa dilakukan, maka akan ada hasil yang didapat,” sambung Suprapto lagi.