Anggaran sampai saat ini menjadi salah satu kendala bagi penyelenggara ketika akan menggelar sebuah kegiatan. Bukan menjadi sebuah rahasia lagi, ketika penyelenggara dihadapkan pada satu masalah yakni pendanaan. Tanpa dana yang cukup dan bisa menyokong sebuah gelaran, maka mustahil bisa terselenggara sesuai harapan.

Tidak jarang penyelenggara berusaha mencari sponsor untuk bisa membantu meringankan atau setidaknya bisa menutupi kebutuhan yang akan digunakan. Bagi panitia yang memiliki koneksi ke beberapa perusahaan, mungkin bisa memberikan solusi sehingga beban mereka bisa berkurang.
Jika tidak, maka penyelenggara akan berusaha menghubungi pelaku usaha di bidang perkutut seperti peternak dengan cara memasang banner ternaknya dengan biaya yang sudah ditetapkan. Cara ini sudah seringkali dilakukan. Namun, tidak jarang, dukungan peternak untuk menampilkan farm-nya di arena konkurs, jumlahnya terbatas dan bahkan bisa dikatakan tidak sesuai target.
Salah satu alasan yang mereka sampaikan ketika dukungan itu kurang adalah kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk memberikan dukungan penuh dengan cara pasang banner di arena konkurs. Kalaupun ada yang mendukung, namun dana yang dikeluarkan tidak sebanding dengan nama besar farm miliknya.

Memaksakan untuk memberikan dukungan penuh, tentu tidak mungkin bisa dilakukan penyelenggara. Peternak juga punya hak untuk menolak dengan alasan yang menurut mereka sudah benar. Lantas, apa yang harus dilakukan agar kegiatan yang akan dilaksanakan tidak sampai mengalami kondisi seperti itu.
Mat Rouf, kung mania Surabaya memiliki pengalaman yang seringkali dirasakan dan dialami penyelenggara konkurs. Dari sanalah akhirnya muncul pemikiran yang bisa dijadikan pilihan. “Saya sering mendengar dan menyaksikan langsung panitia lomba perkutut pusing dengan dana yang harus digunakan, sementara dana yang mereka miliki minim,” terang pria yang dikenal sebagai perawat handal.
Ketika keterbatasan anggaran dipaksakan tetap menggelar kegiatan, kadang konkurs yang dihadirkan tidak sesuai dengan tema yang dipakai. Kemasan juga tidak menarik bahkan hadiah yang diberikan juga dinilai sangat mengecewakan. Lantas Mat Rouf berfikir kenapa tidak memanfaatkan peluang yang bisa dilakukan untuk mencari solusi keterbatasan dana dan anggaran untuk konkurs.

Ketika krisis pendanaan melanda, seharusnya ada pihak yang bisa memanfaatkan peluang yang ada. Kita tahu bahwa penyelenggara konkurs, biasanya dilakukan oleh pengurus, baik ditingkat daerah yakni Pengda. Nah, seharusnya Pengda membuat program sumbangan atau iuran yang dikhususkan bagi peternak.
Tiap peternak diusahakan untuk memberikan sumbangan setiap bulan dan Pengda setempat yang mengkoordinir. Jumlahnya tidak perlu banyak, mungkin sekitar 50 ribu sampai 100 ribu per peternak setiap bulan. “Saya kira untuk ukuran peternak perkutut mengeluarkan duit 50 ribu sampai 100 ribu perbulan tidak akan keberatan. Apalagi bagi peternak besar,” sambung Mat Rouf.
Jika jumlah peternak di daerah tersebut banyak, maka hasil yang didapat juga akan banyak. Dalam setahun, sudah bisa diperkirakan berapa dana yang akan terkumpul. Menurut Mat Rouf dari dana yang terkumpul itukah, maka bisa dijadikan tambahan dana untuk menggelar lomba. Siapa tahu dengan dana yang sudah di dapat dari peternak, bisa membiayai kebutuhan kegiatan konkurs.

Penyelenggara tidak perlu lagi meminta sumbangan dari peternak karena bisa menutupi anggaran yang di butuhkan. Bahkan jika memungkinkan, panitia bisa membuatkan banner peternak yang sudah memberikan dukungan berupa sumbangan setiap bulan. Banner tersebut tidak perlu lagi ditarik biaya.
“Bayangkan saja, ketika peternak diminta anggaran untuk pembuatan banner sebesar minimal Rp 500 ribu, maka pasti ada yang menolak, karena dinilai rupiah itu cukup besar,” urai Mat Rouf. Sebaliknya ketika peternak diminta iuran antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu perbulan, maka mereka merasa tidak keberatan.

“Sebenarnya ini adalah cara yang bisa memudahkan untuk mengumpulkan dana dari peternak tanpa merasa terbebani,” kata Mat Rouf lagi. Namun demikian penarikan sumbangan dari masing-masing peternak harus dipertanggungjawabkan. Artinya harus ada laporan keuangan yang masuk dan keluar.
Sehingga peternak merasa bahwa apa yang sudah dilakukan, benar-benar digunakan untuk kepentingan hobi dan bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. “Saya kira jika dana yang didapat, ada laporan yang jelas dan bermanfaat, saya yakin peternak akan senang dan bahkan bisa lebih banyak jumlah dana yang akan diberikan,” tambah Mat Rouf lagi